
Astomanis.com, Purwokerto – Pertunjukan drama tari musikal Kumbakarna Narapati sukses digelar di Hetero Space pada Sabtu 01 Februari 2024 (2/2) pukul 19.30 WIB. Acara yang disutradarai oleh Ridwan Bungsu ini mendapat sambutan antusias dari penonton yang memenuhi lokasi pertunjukan.
Drama tari musikal ini mengangkat kisah Kumbakarna, tokoh dalam epos Kumbakarna yang tetap berjuang membela negerinya meskipun menyadari bahwa jalan yang ditempuhnya keliru. Ridwan Bungsu menjelaskan bahwa pertunjukan ini ingin memberikan gambaran tentang seseorang yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi dan rela berkorban meski tahu bahwa akhirnya akan gugur di medan perang.
Dalam proses kreatifnya, Ridwan mengaku terinspirasi sejak masa kuliahnya, ketika ia melihat minimnya ketertarikan generasi muda terhadap seni tradisi. Untuk menarik perhatian mereka, ia mengemas drama tari ini dengan sentuhan modern, seperti perpaduan musik band, dialog berbahasa Indonesia, serta lagu-lagu populer yang dekat dengan anak muda. “Saya tidak ingin pertunjukan ini hanya dinikmati secara konvensional oleh orang tua. Jika mereka sudah tidak ada, siapa lagi yang akan menikmati karya ini kalau bukan generasi penerus?” Bungsu pada Minggu 02/02/25
Namun, produksi pertunjukan ini tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah minimnya sumber daya manusia di Banyumas yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap seni tradisi. “Seharusnya peran prajurit Wanara dan prajurit Buta dimainkan oleh laki-laki, tetapi karena keterbatasan pemain, saya harus menggantinya dengan perempuan,” kata Ridwan. Selain itu, terbatasnya ruang publik dan gedung kesenian di Banyumas membuat banyak penonton yang kesulitan menikmati pertunjukan secara optimal.
Ridwan menekankan bahwa kesuksesan drama tari musikal ini bukan karena aktor dan penarinya profesional, tetapi karena semangat dan berdedikasi tanpa batas yang mereka berikan. Ia juga selalu mengajak para pemain untuk mendalami setiap adegan agar suasana yang dibangun terasa lebih hidup dan emosional.
Ridwan mengakui bahwa untuk menarik perhatian generasi muda, ia harus menambahkan elemen-elemen populer yang mereka sukai, seperti menyisipkan lagu-lagu viral ke dalam pertunjukan. “Mungkin ini sedikit melenceng dari esensi seni, tetapi mau tidak mau, kita harus menciptakan gimmick agar lebih diterima oleh masyarakat,” katanya.
Ridwan berharap drama tari musikal seperti Kumbakarna Narapati bisa semakin dikenal dan dipertunjukkan di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga SMA. Menurutnya, penting bagi generasi muda untuk tetap mengenal dan mencintai seni tradisi dengan balutan yang lebih modern tanpa meninggalkan jati diri budaya Indonesi.
Artikel ini di tulis oleh Siti Khotimah, Mahasiswa PPL dari UIN Saizu Purwokerto