
Astomanis.com, Banyumas – Sugeng Prayitno, bukan sekadar pengusaha sukses dengan memiliki 18 toko cat. Di balik nama besar Kedai Cat Karman, ia adalah sosok yang memiliki kecintaan mendalam terhadap seni tradisional, khususnya ebeg Banyumas. Berkat dedikasinya, ia telah puluhan kali menginisiasi pertunjukan ebeg di berbagai tempat di Kabupaten Banyumas, membuktikan bahwa seni tradisi masih bisa bersinar di tengah arus modernisasi.
Ia melihat seni ini bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bagian dari identitas masyarakat Banyumas yang harus terus dilestarikan. Sugeng menyampaikan ia mempunyai sanggar “Karman Lestari Budoyo” yaitu sanggar lenggeran yang sudah ada sejak 1 tahun lebih.
Inspirasi Sugeng tertarik dengan ebeg banyumas “Saya melihat ebeg perempuan, tertarik tergerak karena melihat pendapatan yang sedikit sekali, mungkin paling 100 ribu, padahal main ebeg kepanasan dari jam 11- 5 sore,” ungkap Sugeng kepada Astomanis, Purwokerto, Senin (3/2/2025).

Tidak hanya sebatas menginisiasi pertunjukan, Sugeng juga aktif memberikan dukungan kepada komunitas seni lokal. Ia kerap menggunakan jaringan bisnisnya untuk membantu pendanaan, memfasilitasi peralatan, serta memberikan ruang bagi seniman untuk tampil di berbagai acara. Keberpihakannya terhadap seni dan budaya Banyumas akhirnya mendapat pengakuan di tingkat nasional. Pada 14 Agustus 2024, Sugeng menerima penghargaan Best Local Business Supporting Community Social Culture untuk kategori Private Sector dari CNN Indonesia.
Sugeng sangat menghargai kesenian ebeg Banyumas, ia mengelola kesenian ini dengan professional “Saya kalau mau pinjem ebeg dari komunitas lain pasti saya mengunakan surat pemberitahuan ke ketua grup, tidak asal asalan, menurut saya tidak ada grup ebeg yang pake aturan kaya gitu pake jalur administrasi yang benar itu ngga ada,” tuturnya.
“Ebeg asli budaya Banyumas karena kita juga orang asli Banyumas, kita juga bisa promo lewat ebeg, nguri uri budaya bisa lewat ebeg, kalo kita bikin pertenjukan UMKM itu laris karena ebeg kita emang beda dari yang lain,” jelasnya.
Dengan semangat, Sugeng Prayitno berkomitmen untuk terus berjuang untuk menjaga nyala seni tradisional di tanah kelahirannya. Ia adalah bukti bahwa bisnis dan budaya bisa berjalan beriringan, saling menguatkan demi keberlanjutan warisan bangsa.
Artikel ini di tulis oleh Intania Zariya Nayya, Mahasiswa PPL dari UIN Saizu Purwokerto