
Tradisi Perlon Unggahan masyarakat adat Bonokeling. (astomanis.com/jufri budiman)
Astomanis.com, Banyumas-Sekitar 1.200 masyarakat adat Bonokeling di wilayah Cilacap melakukan tradisi Perlon Unggahan di makam Kiai Bonokeling Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Jumat (21/2/2025).
Sehari sebelumnya, Kamis (20/2/2025), keturunan Bonokeling yang berada di daerah Cilacap melakukan perjalanan sekitar 30 km untuk mengadakan acara Perlon Unggahan ini. Mereka berasal dari sejumlah desa di Cilacap, seperti Kalikudi, Tambakreja, dan Adiraja.
Perlon Unggahan adalah tradisi turun temurun yang sudah dilakukan menjelang bulan Ramadhan. Ritual Unggahan atau Sadran merupakan tradisi yang digelar setiap Jumat terakhir pada bulan Ruwah (Syaban) guna menyambut datangnya Ramadhan.
Dalam tradisi ini, para penganut Kejawen wajib mengenakan pakaian adat Jawa, seperti kaum wanita hanya memakai kemben (kain jarit) dengan selendang berwarna putih, sedangkan kaum pria harus memakai kain jarit serta mengenakan iket (ikat kepala).
Sejak pagi, masyarakat adat bahu membahu menyiapkan acara yang dilakukan pada siangnya. Acara masak besar dilakukan.
Menurut penuturan warga, Perlon Unggahan Masyarakat Adat Bonokeling tahun ini menghabiskan 150 ekor ayam, 32 kambing, dan 1 ekor sapi. Semua bahan makanan itu merupakan swadaya masyarakat adat.
Acara Perlon Unggahan tahun ini juga menarik warga dari daerah lain, seperti ada komunitas fotografer asal Solo yang sengaja datang untuk mengabadikan momen.

Yang luar biasa, ada juga warga asing asal Australia. Kehadirannya menjadi daya tarik tersendiri.
Juru Bicara Tetua Adat Komunitas Bonokeling Ki Sumitro menyebutkan bahwa acara tahun ini memang sangat luar biasa dibanding tahun sebelumnya.
“Pada waktu tahun lalu, wilayah Kabupaten Cilacap, kadang-kadang di sana ada kegiatan. Tidak sampai semua hadir. Pengunjung yang menonton semakin banyak. Tahu dari mana, padahal dulu kegiatan sebenarnya tertutup,” ujarnya.
Acara Perlon Unggahan di Desa Pekuncen ini juga mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah desa setempat.
Kades Pekuncen, Karso mengungkap, acara yang dilakukan anak-cucu Bonokeling ini juga menjadi contoh tentang potensi kerukunan, gotong royong, yang sangat luara biasa, yang mungkin tak terjadi di wilayah mana pun di Indonesia.(*)